Pengelolaan Sampah Berbasis Dakwah

Ilustrasi rinso.com
Sampah adalah keniscayaan yang selalu ada pada setiap lini kehidupan rumah tangga, warung, pasar dan masyarakat pada umumnya. Sampah bisa berdampak positif atau negatif bagi masyarakat tergantung pengelolaannya.

Dewasa ini, pemerintah dihadapkan pada masalah pengentasan sampah yang kian membludak, baik sampah organik maupun non organik, terlebih lagi sampah non organik yang membutuhkan waktu lama agar bisa terurai. Masalah sampah juga bertambah manakala bangsa ini menghadapi musim hujan; Sampah yang selalu menjadi salah satu penyebab utama banjir jika intensitas turun hujan sangat tinggi dan lebat. 

Padahal pemerintah telah banyak mensosialisasikan program Prilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS), diantaranya adalah membuang sampah pada tempatnya dengan cara memisahkan sampah organik dan non organik, tetapi nampaknya program tersebut tidak kian membuahkan hasil yang masif, bahkan kasus banjir di banyak daerah masih banyak bermunculan.

Program pengentasan sampah nampaknya perlu inovasi yang cukup masif. Perlu kiranya kita mensimulasikan ide tersebut dalam fikiran kita agar bisa tergambar, mari kita mulai dari pembacaan kultur masyarakat. 

Bangsa Indonesia didominasi umat muslim yang pandangan hidupnya lebih besar dipengaruhi oleh tokoh-tokoh agama di lingkungannya, sederhananya perkataan ustadz atau norma-norma ormas islam akan lebih didengar daripada perkataan orang atau lembaga yang lainnya.

Ini merupakan peluang inovasi dalam pengentasan sampah tersebut di atas. Mari kita mencoba mengkonsepsi pengentasan masalah sampah berbasis dakwah yang dituangkan dalam 3 metode sebagai berikut :

  1. Pengentasan masalah sampah menjadi bahan dakwah khutbah jum’at oleh para kyai, ulama dan asatidz sehingga bernilai sakral.
  2. Pengentasan masalah sampah menjadi program dakwah ormas islam, sehingga menjadi kurikulum dakwah yang didakwahkan secara masif di majlis-majlis bapak-bapak, ibu-ibu dan pemuda-pemudi. Ada juga praktik inovatif berbasis daur ulang sampah non organik yang bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umum.
  3. Pengentasan masalah sampah masuk kepada program jihad ormas pemuda islam dalam bentuk gotong royong rutinan yang diadakan mingguan, bulanan atau triwulanan.

Jika ide dan gagasan di atas bisa direalisasikan dan dikerjasamakan secara kelembagaan antara pemerintah, para kyai, ulama, asatidz bahkan ormas, nampaknya program pengentasan ini akan terasa lebih masif karena didorong oleh nilai-nilai islami dan nilai-nilai kreatifitas.

Sehingga motivasi dalam pengentasan masalah sampah tidak hanya didasari oleh rasa kebersihan tapi juga mengharap ridho Allah SWT. mengingat dalam konsep Islam bahwa kebersihan adalah salah satu bagian dari iman.

Semoga gagasan dan ide di atas bisa dipertimbangkan oleh semua sektor pemerintah, sehingga bisa terbangun kerjasama yang harmonis dalam pengentasan masalah sampah yang berbasis dakwah.


***
Farhan Rosyada


Posting Komentar untuk "Pengelolaan Sampah Berbasis Dakwah"